Andalas Dental Journal http://adj.fkg.unand.ac.id/index.php/ADJ <p><img src="/public/site/images/redaksi/Cover_Jurnal_2_001_-_Copy.png"></p> <p>&nbsp;</p> en-US andalasdentalj@gmail.com (Dr. drg. Febrian, MKM) adj@dent.unand.ac.id (Fauzan Yusro, A.Md) Sun, 30 Jun 2024 00:00:00 -0400 OJS 3.1.1.4 http://blogs.law.harvard.edu/tech/rss 60 Pengaruh Tingkat Pengetahuan terhadap Keadaan Kesehatan Jaringan Periodontal pada Siswa MTsN 9 Jakarta, Indonesia http://adj.fkg.unand.ac.id/index.php/ADJ/article/view/278 <p><strong>Pendahuluan: </strong>Pengetahuan memiliki hubungan yang erat terhadap perilaku seseorang terhadap suatu penyakit dan juga upaya pencegahannya.&nbsp;Seseorang yang memiliki kondisi gigi crowding memiliki tingkat risiko yang tinggi terhadap terjadinya penyakit periodontal. <strong>Tujuan: </strong>Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut terhadap kondisi status kesehatan jaringan periodontal pada kondisi gigi <em>crowding </em>siswa MTsN 9 Jakarta. <strong>Metode:</strong> Desain penelitian adalah potong lintang. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sample.&nbsp; Jumlah sampel adalah 96 subjek. Pengambilan data dilakukan melalui pengisian kuesioner tingkat pengetahuan kesehatan jaringan peridontal, mengukur indeks oral hygiene dan prosentase BoP. Subjek kemudian difoto keadaan gigi rahang bawahnya dan dikategorikan tingkat crowding giginya menggunakan sebuah aplikasi. Data disajikan secara deskriptif dan analitik. &nbsp;<strong>Hasil dan Pembahasan: </strong>Prevalensi gigi crowding yang ditemukan sebesar 52%. Tingkat pengetahuan siswa-siswi mengenai kesehatan jaringan periodontal sebesar 55,2% memiliki kategori baik. Terdapat korelasi negatif bermakna antara tingkat pengetahuan dengan status OHI dan BoP (p&lt;0,005). Gigi crowding tidak mempengaruhi skor OHI maupun BoP. &nbsp;<strong>Simpulan: </strong>Tingkat pengetahuan yang baik tentang kesehatan jaringan periodontal dapat diimplementasikan pada dirinya sehingga mereka memiliki kesehatan jaringan periodontal yang baik. Gigi crowding tidak mempengaruhi kesehatan jaringan periodontal bila dengan penjagaan kesehatan gigi dan mulut yang baik.</p> Shabrina Ghisani Marzuki, Chaerita Maulani, Dede Arsista ##submission.copyrightStatement## http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 http://adj.fkg.unand.ac.id/index.php/ADJ/article/view/278 Sun, 30 Jun 2024 22:03:04 -0400 Kajian Perbandingan Pasta Gigi yang Mengandung Siwak dengan Daun Sirih terhadap Patogen Periodontal http://adj.fkg.unand.ac.id/index.php/ADJ/article/view/256 <p><strong>Abstrak</strong></p> <p><strong>Pendahuluan: </strong>Gingivitis dan periodontitis merupakan penyakit periodontal yang disebabkan oleh berkembang biaknya bakteri patogen periodontal. Pengobatan penyakit periodontal adalah dengan menghilangkan bakteri patogen dan peradangan. Siwak dan daun sirih merupakan senyawa yang memiliki manfaat seperti antibakteri, antiseptik, dan antiinflamasi sehingga dapat digunakan sebagai agen yang berpotensi mencegah penyakit periodontal. <strong>Tujuan:</strong> Melakukan kajian integratif mengenai potensi siwak dan daun sirih terhadap bakteri patogen periodontal. <strong>Metode:</strong> Referensi didapat dari jurnal, <em>textbook, </em>dan <em>website </em>yang diakses melalui <em>database</em> Google Scholar, Science Direct, EBSCO, dan PubMed. Jenis referensi yang diambil berupa studi pustaka dan laporan penelitian dengan berfokus pada adalah sifat antibakteri siwak dan daun sirih dibandingkan berdasarkan zona hambat dan skor plak. <strong>Pembahasan:</strong> Siwak mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan terdapat perbedaan yang signifikan luas zona hambat antara siwak dengan konsentrasi 3,125%, 6,25%, 12,5%, 25%, 50% dan kontrol Dimethyl sulfoxide (DMSO) 5% dalam menghambat pertumbuhan bakteri <em>A. actynomycetemcomitans</em><em>.</em> Hasil uji aktivitas antibakteri daun sirih terhadap bakteri <em>P. gingivalis, </em>zona hambat terbesar bakteri dihasilkan pada konsentrasi sebesar 10% (10.76 ± 0,47) dan masing-masing zona hambat menunjukkan perbedaan yang signifikan<em>.</em> Penggunaan pasta gigi yang mengandung siwak dan pasta gigi yang mengandung daun sirih memiliki potensi menghambat pertumbuhan bakteri patogen periodontal karena memiliki manfaat sebagai antibakteri, antiseptik, antiinflamasi, dan antiplak. Pasta gigi yang mengandung siwak lebih unggul dalam menurunkan skor plak dan penghambatan bakteri dibandingkan pasta gigi yang mengandung daun sirih.<strong> Kesimpulan:</strong> Kajian ini menunjukkan bahwa pasta gigi yang mengandung siwak dan pasta gigi yang mengandung daun sirih berpotensi melawan gingivitis yang disebabkan oleh bakteri patogen periodontal.</p> Veronica Septnina Primasari, Trianto Chaniago ##submission.copyrightStatement## http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 http://adj.fkg.unand.ac.id/index.php/ADJ/article/view/256 Sun, 30 Jun 2024 00:00:00 -0400 Hubungan Dental Anxiety dengan Jenis Kelamin pada Pasien Ektraksi Gigi di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Andalas http://adj.fkg.unand.ac.id/index.php/ADJ/article/view/279 <p><strong>Pendahuluan:</strong> Kecemasan dental merupakan kecenderungan seseorang merasa khawatir terhadap perawatan gigi dan dapat menjadi masalah karena penderita kecemasan cenderung menunda atau membatalkan rencana perawatannya. Pencabutan gigi adalah salah satu perawatan yang sering menyebabkan kecemasan dental pada pasien.<strong> Tujuan: </strong>Mengetahui tingkat kecemasan dental pada pasien ekstraksi gigi di departemen bedah mulut Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Andalas (RSGM Unand).<strong> Metode:</strong> Desain&nbsp; penelitian&nbsp; yang&nbsp; digunakan&nbsp; adalah analisis <em>cross-sectional</em> dengan 117 sampel pasien dewasa usia 17-35 tahun yang akan melakukan&nbsp; tindakan pencabutan gigi sederhana di RSGM Unand. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan kuesioner <em>Modified Dental Anxiety Scale for Dental Extraction (MDAS-DEP)</em>. Data kuesioner diuji secara statistik berupa analisa univariat dan analisa bivariat dengan SPSS.<strong> Hasil:</strong> Tingkat kecemasan dental pada pasien ekstraksi di RSGM Unand yaitu <em>moderate anxiety</em> (30,8%), <em>low anxiety</em> (25,6%), <em>high anxiety</em> (23,1%), <em>extreme anxiety</em> (17,9%), dan <em>low anxiety</em> (2,6%). Hubungan antara jenis kelamin dan tingkat kecemasan signifikan (<em>p</em>&lt;0,05).<strong> Kesimpulan:</strong> Mayoritas pasien memiliki tingkat kecemasan moderate (<em>moderate anxiety</em>) dan tingkat kecemasan dental paling rendah yaitu tidak cemas (<em>not anxious</em>). Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kecemasan pasien, dimana tingkat kecemasan laki-laki lebih rendah dibandingkan perempuan.&nbsp;</p> Rahmi Khairani Aulia, Reno Wiska Wulandari, Suci Rahmasari, Haria Fitri, Mustika Arini, Afifarsyah Rayatama Putra ##submission.copyrightStatement## http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 http://adj.fkg.unand.ac.id/index.php/ADJ/article/view/279 Sun, 30 Jun 2024 23:46:21 -0400 Keparahan Karies dan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi Mulut Anak Usia 1- 12 Tahun di Kabupaten Pesisir Selatan http://adj.fkg.unand.ac.id/index.php/ADJ/article/view/291 <p>Karies merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak diderita oleh masyarakat Indonesia terutama pada anak-anak. Namun pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas sangat rendah. Salah satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah faktor <em>need</em> yaitu masalah kesehatan gigi yang diderita seperti karies yang membutuhkan perawatan. Kabupaten Pesisir Selatan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Barat yang memiliki masalah karies tertinggi kedua setelah Kabupaten Mentawai. <strong>Tujuan</strong>: untuk mengetahui hubungan tingkat keparahan karies pada anak usia dibawah 12 tahun dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Kabupaten Pesisir Selatan. <strong>Metode:</strong> Jenis penelitian ini penelitian kuantitatif dengan desain studi <em>cross sectional</em>. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan teknik <em>cluster random sampling</em> dan dilanjutkan dengan <em>systematic random sampling</em>. Sampel masing-masing klaster dihitung secara <em>proportional probability to size</em>. <strong>Hasil:</strong> terdapat hubungan yang signifikan antara keparahan karies gigi sulung (pufa) dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dengan&nbsp; nilai p = 0,014. Namun tidak terdapat hubungan antara indeks def-t, indeks DMF-T dan Indeks PUFA dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Kesimpulan terdapat hubungan antara tingkat keparahan karies gigi sulung pada anak dibawah usia 1-12 tahun di Kabupaten Pesisir Selatan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas.</p> Hidayati Hidayati, Lendrawati Lendrawati, Surma Adnan, Febrian Febrian, Andra Laras Apriliana ##submission.copyrightStatement## http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 http://adj.fkg.unand.ac.id/index.php/ADJ/article/view/291 Wed, 03 Jul 2024 00:56:06 -0400 Penggunaan Peranti Ortodonti Lepasan dalam Mengoreksi Diastema Anterior Rahang Atas dan Gigi Berjejal Rahang Bawah http://adj.fkg.unand.ac.id/index.php/ADJ/article/view/296 <p><strong><em>Introduction</em></strong><em>: Malocclusion is one of the most common dental and oral health issues encountered in the community, with a prevalence of up to 80% of the population. Some patients prefer malocclusion treatment using devices that are removable by the patient, easy to clean, and relatively affordable. Removable orthodontic appliances have been proven effective in correcting simple dental malocclusions, resulting in well-aligned teeth, improved facial aesthetics, and stable long-term outcomes. <strong>Case Report: </strong>A 23-year-old male patient visited RSGM Unand to align his teeth. Clinical examination revealed anterior diastema in the upper jaw and crowding in the lower anterior jaw. He had a Class I Angle molar relationship and a Class I canine relationship with an overjet of 2.4 mm and an overbite of 2.3 mm. <strong>Management: </strong>The patient was treated with a removable orthodontic appliance with several active components, including a labial bow, T- springs, and Z-springs. Follow-up appointments were conducted once a week. After 11 follow-up sessions, the malocclusion was corrected. <strong>Conclusion: </strong>This case demonstrates the success of treatment using a removable orthodontic appliance, which improved the patient's stomatognathic function and aesthetics.</em></p> Nelvi Yohana, Aninda Putri Mulyani, Aria Fransiska ##submission.copyrightStatement## http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 http://adj.fkg.unand.ac.id/index.php/ADJ/article/view/296 Fri, 27 Sep 2024 04:00:03 -0400